Tim Inti PMR CRC 2009

  • Ignace Adi Batina
  • Prita Atria K
  • Andita ayu
  • Medina Reggyanti
  • Selvi Rustyani
  • Marisya
  • Amelia Khoirunniza
  • Novi
  • Azizah Pamugarwati
  • Nadira Zuraida
  • Silvia
  • Mardiana Zulfa

Posted by crc | di 09.52 | 0 komentar

KALENDER KEGIATAN PMR SMPN 2 TANGERANG SELATAN

- 20 Desember 2009
Lomba PMR di SMAN 6 Depok

Posted by crc | di 08.23 | 1 komentar

Penilaian Awal (Initial Assesment)

Initial Assesment adalah proses penilaian yang cepat dan pengelolaan yang tepat guna menghindari kematian pada pasien gawat darurat.

Tujuannya mencegah semakin parahnya penyakit dan menghindari kematian korban dengan penilaian yang cepat dan tindakan yang tepat. Meliputi :

1. Persiapan,antara lain

a. Fase pra rumah sakit, harus ada koordinasi yang baikantara dokter di rumah sakit dengan petugas lapangan sehingga rumah sakit dapat mempersiapkan diri. Pada fase ini dititikberatkan pada stabilisasi pasien yang menyangkut penjagaan jalan nafas, kontrol perdarahan dan syok, immobilisasi pasien dan transportasi pasien.

b. Fase rumah sakit, harus mempersiapkan diri sebelum pasien tiba seperti perlengkapan airway, cairan kristaloid yang telah dihangatkan, perlengkapan monitoring, alat-alat proteksi diri dan tenaga medis dan penunjangnya sendiri.

2. Triage

3. Survei primer

4. Resusitasi

5. Tambahan terhadap survey primer dan resusitasi

6. Survei sekunder

7. Tambahan terhadap survey sekunder

8. Pemantauan dan re-evaluasi

9. Penanganan definitive

Posted by Palang Merah Remaja SMPN 2 Tangerang Selatan | di 16.21 | 1 komentar

Triage

Jika kita berkunjung ke UGD atau IRD suatu rumah sakit sering kita jumpai istilah tiage (baca : trias) yang berasal dari bahasa Perancis.

Triage adalah pengelompokan korban/pasien berdasarkan berat ringannya trauma atau penyakit serta kecepatan penanganan atau pemindahan.
Tujuan : Dapat menangani korban/pasien dengan cepat, cermat dan tepat sesuai dengan sumber daya yang ada

Macam-macam korban :

• Korban masal : lebih dari 1 orang harus ditolong lebih dari 1 penolong, bukan bencana

• Korban bencana : korban lebih besar dari korban masal

Prinsip-prinsip triage :

“Time Saving is Life Saving (respon time diusahakan sependek mungkin), The Right Patient, to The Right Place at The Right Time serta melakukan yang terbaik untuk jumlah terbanyak” dengan seleksi korban berdasarkan :

• Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit
• Dapat mati dalam hitungan jam
• Trauma ringan
• Sudah meninggal

Dari yang hidup dibuat prioritas

Prioritas : penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul
Tingkat prioritas :

• Prioritas I (prioritas tertinggi) warna merah untuk berat dan biru untuk sangat berat. Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas, tension pneumothorak, syok hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki, combutio (luka bakar) tingkat II dan III > 25%

• Prioritas II (medium) warna kuning. Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam jangka waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh: patah tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma thorak/abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.

• Prioritas III(rendah) warna hijau. Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Contoh luka superficial, luka-luka ringan

• Prioritas 0 warna Hitam. Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti jantung kritis, trauma kepala kritis.

Penilaian dalam triage

• Primary survey (A,B,C) untuk menghasilkan prioritas I dan seterusnya

• Secondary survey (Head to Toe) untuk menghasilkan prioritas I, II, III,0 dan selanjutnya

• Monitoring korban akan kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan pada A, B, C, derajat kesadaran dan tanda vital lainnya.

• Perubahan prioritas karena perubahan kondisi korban Perencanaan triage
• Persiapan sebelum bencana
• Pengorganisasian personal (bentuk tim triage)
• Pengorganisasian ruang/tempat
• Pengorganisasian sarana/peralatan
• Pengorganisasian suplai
• pelatihan
• komunikasi

Pemimpin triage

Hanya melakukan :

• Primary survey

• Menentukan prioritas

• Menentukan pertolongan yang harus diberikan

Keputusan triage harus dihargai. Diskusi setelah tindakan. Hindari untuk tidak memutuskan sesuatu. Pemimpin triage tidak harus dokter, perawat pun bisa atau orang yang terlatih tergantung sumber daya manusia di tempat kejadian.

Tim triage
• Bertanggung jawab
• Mencegah kerusakan berlanjut atau semakin parah
• Pilah dan pilih korban
• Memberi perlindungan kepada korban.

Dokumentasi/rekam medis triage
• Informasi dasar : nama, umur, jenis kelamin, cedera, penyebab cedera, pertolongan pertama yang telah diberikan

• Tanda-tanda vital : tensi, nadi, respirasi, kesadaran

• Diagnosis singkat tapi lengkap

• Kategori triage

• Urutan tindakan preoperatif secara lengkap

Perhatian :
• Jika fasilitas kurang memadai maka lebih diutamakan yang potensial selamat. Contoh : jika korban label merah lebih potensial selamat maka label biru dapat berubah menjadi label hitam

• Dalam keadaan bencana, lebih baik memberi bantuan lebih daripada kurang

• Pikirkan kemungkinan yang paling buruk sehingga dapat mempersiapkan lebih baik.

Gambar skema triage lapangan :












Posted by Palang Merah Remaja SMPN 2 Tangerang Selatan | di 16.12 | 0 komentar

Resusitasi Jantung Paru (RJP)

Resusitasi Jantung Paru (RJP)










Pengertian : Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung
Tujuan : Untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung sehingga dapat pulih kembali
Indikasi :

1. Henti nafas (Respiratory Arrest), henti nafas yang bukan disebabkan gangguan pada jalan nafas dapat terjadi karena gangguan pada sirkulasi (asistole, bradikardia, fibrilasi ventrikel)

2. Henti jantung (Cardiac Arrest) dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti:
• Hipoksemia karena berbagai sebab
• Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia, hipomagnesia)
• Gangguan irama jantung (aritmia)
• Penekanan mekanik pada jantung (tamponade jantung, tension pneumothoraks)

Diagnosis :

• Tidak terdapat adanya pernafasan (dengan cara Look-Listen-Feel)
• Tidak ada denyut jantung karotis

Perhatian :
Pada pasien yang telah terpasang monitor EKG dan terdapat gambaran asistole pada layar monitor, harus selalu dicek denyut nadi karotis untuk memastikan adanya denyut jantung. Begitu juga sebaliknya pada pasien terpasang monitor EKG yang telah di-RJP terdapat gambaran gelombang EKG harus diperiksa denyut nadi karotis untuk memastikan apakah sudah teraba nadi (henti jantung sudah teratasi) atau hanya gambaran EKG pulseless. Jika nadi karotis belum teraba maka RJP dilanjutkan
Tindakan
Tanpa alat :

a.1 (satu) orang penolong : memberikan pernafasan buatan dan pijat jantung luar dengan perbandingan 2 : 30 dalam 2 menit (5 siklus). Tiap 5 siklus dievaluasi dengan mengecek pernafasan (LLF) dan jantung (perabaan nadi karotis). Jika masih henti jantung dan henti nafas, RJP dilanjutkan

b. 2 (dua) orang penolong : memberikan pernafasan buatan dan pijat jantung luar yang dilakukan oleh masing-masing penolong secara bergantian dengan perbandingan 2 : 30 dalam 2 menit (5 siklus). Tiap 5 siklus dievaluasi dengan mengecek pernafasan (LLF) dan jantung (perabaan nadi karotis). Jika masih henti jantung dan henti nafas, RJP dilanjutkan dengan berganti orang.

c. Pijat jantung luar diusahakan 100 kali/menit

Dengan alat :
Untuk mencapai hasil RJP yang lebih baik harus segera diusahakan pemasangan intubasi endotrakeal
RJP dihentikan bila :
• Jantung sudah berdetak ditandai adanya nadi dan nafas sudah spontan
• Mengecek nadi dan pernafasan
• Penolong sudah kelelahan
• Pasien dinyatakan tidak mempunyai harapan lagi/meninggal

Posted by Palang Merah Remaja SMPN 2 Tangerang Selatan | di 16.05 | 0 komentar

Aplikasi Resusitasi Jantung Paru (RJP)

Aplikasi Resusitasi Jantung Paru (RJP)

1. Jika kita melihat pasien/korban yang tergeletak tampak tidak, pertama kali yang kita harus lakukan adalah memastikan bahwa lingkungan di sekitar korban yang tergeletak itu aman. Jika belum aman (misalnya korban tergeletak di tengah jalan raya atau di dalam gedung terbakar), maka korban harus dievakuasi/dipindah terlebih dahulu ke tempat yang aman dan memungkinkan mendapatkan pertolongan.

2. Nilai respon pasien apakah pasien benar-benar tidak sadar atau hanya tidur saja. Mengecek kesadarannya dengan cara memanggil-manggil nama pasien, menepuk atau menggoyang bahu pasien, misalnya “Pak-pak bangun !” atau “Bapak baik-baik saja?” Jika masih belum sadar atau bangun juga bisa diberi rangsang nyeri seperti menekan pangkal kuku jari. Jika pasien sadar, tanyakan mengapa ia terbaring di tempat ini. Jika pasien sadar, terlihat kesakitan atau terluka segera cari bantuan dan kemudian kembali sesegera mungkin untuk menilai kondisi pasien.

3. Jika tidak ada respon berarti pasien tidak sadar. Aktifkan sistem emergensi dengan cara meminta tolong dibawakan alat-alat emergensi atau dipanggilkan petugas terlatih atau ambulan jika berada di luar RS. Misalnya ‘Tolong ada pasien tidak sadar di ruang A, ”tolong panggil petugas emergensi ” atau ”Tolong ambil alat-alat emergensi ada pasien tidak sadar di ruang A”. Jika di lapangan : ”Tolong ada pasien tidak sadar di pantai tolong panggil ambulan atau 118 ”. Jika yang menemukan korban tidak sadar lebih dari satu orang, maka satu orang mengaktifkan sistem emergensi sedangkan lainnya menilai kondisi pasien. INGAT ! Dalam menolong pasien tidak sadar, kita tidak mungkin bekerja sendiri jadi harus meminta bantuan orang lain. Dalam meminta bantuan, penolong harus menginformasikan kepada petugas gawat darurat mengenai lokasi kejadian, penyebabnya, jumlah dan kondisi korban dan jenis pertolongan yang akan diberikan. Jika tersedia alat defibrilator dengan AED (Automatic Emergency Defibrilator), maka kita dapat menyiapkannya untuk pemeriksaan heart rate dan irama jantung dan jika ada indikasi melakukan defibrilasi.

4. Gunakan manuver chin lift untuk membuka jalan nafas korban yang tidak mengalami cedera kepala dan leher. Jika diperkirakan ada trauma leher maka gunakan tehnik jaw thrust. Untuk lebih jelas lihat kembali pengelolaan jalan nafas.Periksa pernafasan dengan menggunakan tehnik LLF (Look, Listen, Feel) dengan tetap mempertahankan terbukanya jalan nafas selama 10 detik. Teknik LLF dapat dilihat di pengelolaan jalan nafas.

5.Jika yakin tidak ada pernafasan maka segera beri nafas buatan dua kali pernafasan dengan tetap menjamin terbukanya jalan nafas. Bisa dengan mulut ke mulut/hidung atau dengan menggunakan sungkup muka. Satu kali pernafasan selama satu detik sampai dada tampak mengembang. Jika dada tidak mengembang kemungkinan pemberian nafas buatan tidak adekuat atau jalan nafas tersumbat.

6. Setelah nafas buatan diberikan segera nilai sirkulasi dengan mengecek nadi arteri karotis. Nadi carotis dapat diraba dengan menggunakan 2 atau 3 jari menempel pada daerah kira-kira 2 cm dari garis tengah leher atau jakun pada sisi yang paling dekat dengan pemeriksa. Waktu yang tersedia untuk mengukur nadi carotis sekitar 5 – 10 detik.

7. Jika nadi teraba, nafas buatan diteruskan dengan kecepatan 10-12 kali/menit atau satu kali pernafasan diberikan setiap 5-6 detik disertai pemberian oksigen dan pemasangan infus. Jika perlu pemasangan ETT dan ventilator. Pemantauan/monitoring terus dilakukan. Pemeriksaan denyut nadi dilakukan setiap 2 menit sampai pasien stabil. Pasien dirawat di ruang Intensif Care Unit (ICU). Penyebab henti nafas harus dicari dengan melakukan anamnesis pada keluarga penderita dan pemeriksaan fisik

8. Pikirkan penyebabnya hipotensi/syok, edema paru, infark myokard dan aritmia. Aritmia bisa berupa aritmia yang sangat cepat seperti Supra Ventrikel Takikardi (SVT), atrial flutter, atrial fibrilasi, ventrikel takikardi. Aritmia sangat lambat bisa berupa AV blok derajat II dan derajat III. Koreksi penyebab atau konsul ke dokter ahli.

9. Jika nadi tidak teraba segera lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dengan perbandingan kompresi dada (pijat jantung luar) 30 dan ventilasi (nafas buatan) 2. Kecepatan kompresi dada adalah 100 kali/menit. Kompresi dada merupakan tindakan yang berirama berupa penekanan telapak tangan pada tulang sternum sepertiga bagian bawah dengan tujuan memompa jantung dari luar sehingga aliran darah terbentuk dan dapat mengalirkan oksigen ke otak dan jaringan tubuh. Usahakan mengurangi penghentian kompresi dada selama RJP.











Cara melakukan RJP :
a.Penderita harus berbaring terlentang di atas alas yang keras. Posisi penolong berlutut di sisi korban sejajar dengan dada penderita.

b.Penolong meletakkan bagian yang keras telapak tangan pertama penolong di atas tulang sternum di tengah dada di antara kedua puting susu penderita (2-3 jari di atas prosesus Xihoideus) dan letakkan telapak tangan kedua di atas telapak tangan pertama sehingga telapak tangan saling menumpuk. Kedua lutut penolong merapat, lutut menempel bahu korban, kedua lengan tegak lurus, pijatan dengan cara menjatuhkan berat badan penolong ke sternum.

c. Tekan tulang sternum sedalam 4-5 cm (1 ½ - 2 inci) kemudian biarkan dada kembali normal (relaksasi). Waktu kompresi dan relaksasi dada diusahakan sama. Jika ada dua penolong, penolong pertama sedang melakukan kompresi maka penolong kedua sambil menunggu pemberian ventilasi sebaiknya meraba arteri karotis untuk mengetahui apakah kompresi yang dilakukan sudah efektif. Jika nadi teraba berarti kompresi efektif.

d. Setelah 30 kali kompresi dihentikan diteruskan dengan pemberian ventilasi 2 kali (1 siklus = 30 kali kompres dan 2 kali ventilasi). Setiap 5 siklus dilakukan monitoring denyut nadi dan pergantian posisi penolong jika penolong lebih dari satu orang.

e. Jika terpasang ETT maka tidak menggunakan siklus 30 : 2 lagi. Kompresi dilakukan dengan kecepatan 100 kali/menit tanpa berhenti dan ventilasi dilakukan 8-10 kali/menit. Setiap 2 menit dilakukan pergantian posisi untuk mencegah kelelahan.

RJP pada anak

1. Letakkan penderita pada posisi terlentang di atas alas yang keras

2. Tiup nafas dua kali (tanpa alat atau dengan alat)

3. Pijat jantung dengan menggunakan satu tangan dengan bertumpu pada telapak tangan
di atas tulang dada, di tengah sternum.

4. Penekanan tulang dada dilakukan sampai turun ± 3-4 cm dengan frekuensi 100 kali/menit.

RJP pada bayi
1. Letakkan penderita pada posisi terlentang di atas alas yang keras

2. Tiup nafas 2 kali

3. Untuk pijat jantung gunakan penekanan dua atau tiga jari. Bisa menggunakan ibu jari tangan kanan dan kiri menekan dada dengan kedua tangan melingkari punggung dan dada bayi. Bisa juga dengan menggunakan jari telunjuk, jari tengah dan atau jari manis langsung menekan dada.

4. Tekan tulang dada sampai turun kira-kira sepertiga diameter anterior-posterior rongga dada bayi dengan frekuensi minimal 100 kali/menit.
RJP pada situasi khusus

1. Tenggelam

Tenggelam merupakan penyebab kematian yang dapat dicegah. Keberhasilan menolong korban tenggelam tergantung dari lama dan beratnya derajat hipoksia.









Penolong harus melakukan RJP terutama memberikan bantuan nafas, secepat mungkin setelah korban dikeluarkan dari air. Setelah melakukan RJP selama 5 siklus barulah seorang penolong mengaktifkan system emergensi. Manuver yang dilakukan untuk menghilangkan sumbatan jalan nafas tidak direkomendasikan karena bisa menyebabkan trauma, muntah dan aspirasi serta memperlambat RJP.

2. Hipotermi

Pada pasien tidak sadar oleh karena hipotermi, penolong harus menilai pernafasan untuk mengetahui ada tidaknya henti nafas dan menilai denyut nadi unuk menilai ada tidaknya henti jantung atau adanya bradikardi selama 30-45 detik karena frekuensi jantung dan pernafasan sangat lambat tergantung derajat hipotermi.
Jika korban tidak bernafas, segera beri pernafasan buatan. Jika nadi tidak ada segera lakukan kompresi dada. Jangan menunggu suhu tubuh menjadi hangat. Untuk mencegah hilangnya panas tubuh korban, lepaskan pakaian basah, beri selimut hangat jika mungkin beri oksigen hangat.

3. Sumbatan jalan nafas oleh benda asing

Lihat di pengeloaan jalan nafas
Posisi sisi mantap (recovery position)
Posisi ini digunakan untuk korban yang tidak sadar yang telah bernafas normal dan sirkulasi aman. Posisi ini dibuat untuk menjaga jalan nafas tetap terbuka dan mengurangi risiko sumbatan jalan nafas dan aspirasi. Caranya korban diletakkan miring pada salah satu sisi tubuh dengan tangan yang dibawah berada di depan badan.

Posted by Palang Merah Remaja SMPN 2 Tangerang Selatan | di 15.54 | 0 komentar

Pengelolaan Jalan Napas (Airway Management) Tanpa Alat

Pengelolaan Jalan Napas (Airway Management) Tanpa Alat
Pengertian : tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas dengan tetap memperhatikan kontrol servikal
Tujuan : membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh
Pemeriksaan Jalan Napas :
L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga, warna mukosa/kulit dan kesadaran
L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan
F = Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan menggunakan pipi penolong



Gambar 1. Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel (LLF) dilakukan secara simultan. Cara ini dilakukan untuk memeriksa jalan nafas dan pernafasan.


Tindakan
Membuka jalan nafas dengan proteksi cervikal

• Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)

• Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah)

• Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)

Gambar dan penjelasan lihat dibawah.

Ingat! Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukan maneuver jaw thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.
• Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan teknik Cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang disilangkan dan menekan gigi atas dan bawah.

• Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari.

• Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya sumbatan jalan nafas di daerah faring atau adanya henti nafas (apnea)

• Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan pada jalan nafas dan dilakukan maneuver Heimlich.




Gambar 2. Pemeriksaan sumbatan jalan nafas di daerah mulut dengan menggunakan teknik cross finger





Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan) :
• Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara mengatasi : chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.

• Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara mengatasi : finger sweep, pengisapan/suction.

• Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi : cricotirotomi, trakeostomi.

2. Membersihkan jalan nafas

Sapuan jari (finger sweep)

Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing pada rongga mulut belakang atau hipofaring seperti gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya sehingga hembusan nafas hilang.
Cara melakukannya :

• Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher) kemudian buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot rahang lemas (maneuver emaresi)

• Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus dengan sarung tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan gerakan menyapu.




Gambar 3. Tehnik finger sweep







3. Mengatasi sumbatan nafas parsial
Dapat digunakan teknik manual thrust
• Abdominal thrust
• Chest thrust
• Back blow
Gambar dan penjelasan lihat di bawah!
Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan :
• Gelisah oleh karena hipoksia
• Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug)
• Gerak dada dan perut paradoksal
• Sianosis
• Kelelahan dan meninggal

Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah JALAN NAFAS BEBAS!

• Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan nafas bebas

• Beri oksigen bila ada 6 liter/menit

• Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat datar, wajah ke depan, posisi leher netral

• Nilai apakah ada suara nafas tambahan.



Gambar4. Pasien tidak sadar dengan posisi terlentang, perhatikan jalan nafasnya! Pangkal lidah tampak menutupi jalan nafas






Lakukan teknik chin lift atau jaw thrust untuk membuka jalan nafas. Ingat tempatkan korban pada tempat yang datar! Kepala dan leher korban jangan terganjal!

Chin Lift
Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan
Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien kemudian angkat.

Head Tilt
Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak boleh dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal.
Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke depan



Gambar 5. tangan kanan melakukan Chin lift ( dagu diangkat). dan tangan kiri melakukan head tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.





Jaw thrust
Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas









Gambar 6 dan 7. manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih












Mengatasi sumbatan parsial/sebagian. Digunakan untuk membebaskan sumbatan dari benda padat.



Gambar 8. Tampak ada orang yang tersedak atau tersumbat jalan nafasnya




Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)
Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang.
Caranya berikan hentakan mendadak pada ulu hati (daerah subdiafragma – abdomen).

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi berdiri atau duduk

Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang korban dengan kedua lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perut korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang jelas.

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi tergeletak (tidak sadar)

Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas. Penolong berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut korban di garis tengah sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan di atas tangan pertama. Penolong menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah atas.
Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada posisi terbaring tidak dianjurkan, yang dianjurkan adalah langsung melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada yang dilakukan sendiri

Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi jalan napas.
Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke atas kea rah diafragma dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja atau belakang kursi



Gambar 9. Abdominal Thrust dalam posisi berdiri






Back Blow (untuk bayi)
Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae)




Gambar 10. Back blow pada bayi






Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)

Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting susu pasien). Bila penderita sadar, tidurkan terlentang, lakukan chest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan

Posted by Palang Merah Remaja SMPN 2 Tangerang Selatan | di 14.18 | 1 komentar

Manual PP PMR Madya

I. PERTOLONGAN PERTAMA

Pengertian Pertolongan Pertama

Pemberian pertolongan segera kepada penderita yang mengalami sakit atau cedera secara mendadak

Medis Dasar

Tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh awam atau awam yang terlatih secara khusus.

Penolong Pertama

Penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian, yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar.

Tujuan Pertolongan Pertama

1. Menyelamatkan jiwa penderita
2. Mencegah cacat
3. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan


Kewajiban Penolong Pertama

Menjaga keselamatan diri
Meminta bantuan
Memberikan pertolongan sesuai dengan keadaan korban
Membantu pelaku pertolongan pertama

Kondisi fisik penolong harus baik

Alat perlindungan diri

Peralatan Dasar Pelaku Pertolongan Pertama

a. Alat Perlindungan Diri (APD)
Alat perlindungan diri adalah alat yang digunakan untuk menghindarkan penolong
dari terjadinya penularan – penularan penyakit , alat perlindungan diri tidak
perlu mahal.


“Darah dan semua cairan tubuh sebagai media penularan penyakit”
untuk itu diperlukan alat perlindungan diri seperti :

- Sarung tangan lateks
- Kacamata pelindung
- Masker Penolong

Peralatan Pertolongan Pertama :
1.Kasa Steril
2.Pembalut gulung / perban
3.Alkohol 70%
4.Pembalut perekat / plaster
5.Bidai
6.Gunting pembalut
7.Pinset
8.Senter
9.Kapas
10.Selimut.

II. Anatomi dan Faal Dasar

Pengertian
Ilmu yang mempelajari susunan dan bentuk tubuh .

Sedangkan ilmu yang mempelajari Faal (fungsi) bagian dari alat atau jaringan
tubuh disebut Fisiologi.

Bagian Tubuh

Tubuh manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka. Secara garis
besar tubuh manusia terdiri :

1. Kepala
terdiri dari :
Tengkorak, wajah dan rahang bawah
2. Leher
3. Batang Tubuh
Terdiri dari :
Dada, Perut, Punggung dan panggul
4. Anggota Gerak Atas
Terdiri dari:
• Sendi bahu
• Lengan atas
• Siku
• Lengan bawah
• Pergelangan tangan
• Tangan
5. Anggota Gerak Bawah
Terdiri dari :
• Sendi panggul
• Tungkai atas ( paha )
• Lutut
• Tungkai bawah
• Pergelangan kaki
• Kaki

Rongga
Selain pembagian tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga yang terdapat
dalam tubuh yaitu :

1. Rongga Tengkorak
Rongga ini berisi otak dan melindunginya.
2. Rongga Tulang Belakang
Berisi bumbung syaraf atau “spinal cord” terbentuk dari rongga-rongga
tulang belakang menyatu membentuk suatu kolom.
3. Rongga Dada
Sering juga disebut rongga toraks. Dilindungi oleh tulang-tulang rusuk, berisi
jantung, paru-paru, pembuluh darah besar, kerongkongan dan saluran pernapasan.
4. Rongga Perut
Rongga ini terletak diantara rongga dada dan rongga panggul. Dalam dunia medis
dikenal dengan istilah abdomen. Di dalam rongga ini terdapat berbagai organ
pencernaan dan kelenjar seperti lambung, usus, limpa, hati, empedu, pancreas
dan lainnya.
5. Rongga Panggul
Rongga ini dibentuk oleh tulang – tulang panggul, berisi kandung kemih,
sebagian usus besar dan organ reproduksi dalam.

Sistem Tubuh

Sistem tubuh adalah susunan dari organ-organ yang mempunyai fungsi tertentu.

Ada beberapa system pada tubuh manusia :
1. Sistem rangka (kerangka/skeleton)
2. Sistem Otot (Muskularis)
3. Sistem pernapasan (respirasi)
4. Sistem peredaran darah (sirkulasi)
5. Sistem saraf (nervus)
6. Sistem pencernaan (digestif)
7. Sistem kelenjar buntu (endokrin)
8. Sistem kemih (urinarius)
9. Kulit
10. Panca indera
11. Sistem reproduksi

BAB III. PENILAIAN PENDERITA

Tindakan penilaian penderita terdiri dari :
1. Penilaian keadaan
Penilaian keadaan ditujukan untuk memperoleh gambaran umum tentang apa yang
sedang dihadapi, factor-faktor yang akan mendukung atau menghambat tindakan
pertolongan pertama. Pada tahap ini penolong harus melakukan langkah langkah
pengamanan lokasi, penderita dan dirinya sendiri serta orang lain.

INGAT
Amankan Diri Sendiri Terlebig Dahulu, Keselamatan Penolong Nomor 1


2. Penilaian dini
a.Kesan umum
- Kasus Trauma : adalah kasus yang disebabkan oleh suatu ruda-paksa
Mempunyai tanda-tanda yang jelas dan terlihat da atau teraba. Misalnya
luka terbuka, memar, patah tulang da lain sebagainya
- Kasus Medis : adalah kasus yang diderita seseorang tanpa ada riwayat
ruda-paksa. Contohnya sesak napas, pingsan.
b.Memeriksa Respon
Ada empat tingkatan respon penderita, yaitu :
1.Awas
2.Suara
3.Nyeri
4.Tidak Respon
ASNT
c.Memastikan Jalan napas terbuka dengan baik
Untuk penderita yang tidak respon gunakan teknik angkat dagu dan tekan dahi




















d.Untuk menilai pernapasan
Setelah jalan napas berjalan dengan baik maka penolong harus menilai
pernapasan penderita dengan cara :

Lihat
Dengar
Rasakan


e.Menilai denyut nadi
Dengan cara meraba nadi pergelangan tangan (Arteri Radialis ).
Bagi penderita yang sadar, sedangkan bagi penderita yang tidak sadar
periksa nadi Leher ( Carotis )
f.Hubungi Bantuan
Segera minta bantuan rujukan , mintalah bantuan kepada orang lain untuk
melakukannya atau lakukan sendiri. Bila
didaerah anda tersedia pelayanan ambulan segera hubungi



3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik tujuannya menemukan berbagai tanda yaitu:
1. perubahan bentuk( P )
2. Luka terbuka ( L )
3. Nyeri tekan ( N )
4. Bengkak ( B ).

Tindakan ini melibatkan Penglihatan, perabaan dan pendengaran .
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistimatis dan beurutan dari ujung kepala
sampai ujung kaki namun dapat berubah sesuai kondisi penderita yaitu
1. kepala
• Telinga
• Hidung
• Mata
• Mulut
2. leher
3. dada
4. perut
5. punggung
6. panggul
7. anggota gerak atas dan bawah
pada pemeriksaan anggota gerak selain PLNB juga lakukan pemeriksaan gerakan
sensasi dan sirkulasi ( GSS ).

BAB IV
LUKA


Pengertian Luka
Luka adalah ter[putusnya keutuhan jaringan lunak baik diluar maupun dalam tubuh.
Luka paling jelas terjadi pada kulit .

Klasifikasi luka :
1. luka terbuka
luka yang disertai kerusakan pada kulit atau selaput lendir dan luka ini
sering ditemukan pada kasus kecelakaan , luka ini paling sering menimbulkan
perdarahan.
contoh :
1. luka lecet
2. luka sayat
3. luka robek
4. luka tusuk
5. luka sobek ( Avulsi )
6. Amputasi

2. luka tertutup
luka yang tidak disertai kerusakan jaringan kulit , lika ini dapat berupa
cedera ringan dan luka ini tidak disertai darah yang keluar .
Contoh :
1. Memar
2. Hematoma
3. Cedera remuk
Penutup Luka
Penutup luka adalah bahan yang diletakkan tepat diatas luka
Fungsi penutup luka :
1. membantu mengendalikan perdarahan
2. Mencegah kontaminasi
3. mempercepat penyembuhan
4. mengurangi nyeri
Contoh penutup luka
1. kasa steril
2. penutup kain kasa
3. Penutup berperekat ( Handiplash )
4. Penutup buatan sendiri
Pembalut luka
Adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka
Fungsi pembalut
1. Penekan untuk menghentikan perdarahan
2. Mempertahankan penutup luka pada tempatnya
3. Menjadi penopang bagian tubuh yang cedera

Contoh pembalut
1. Pembalut gulung ( perban )
2. Pembalut segitiga ( Mitela )
3. Pembalut penekan

Pedoman penutupan luka dan pembalutan
- Penutupan luka
- Penutup luka harus meliputi seluruh permukaan luka
- Bersihkan luka sebelum ditutup

Pembalutan Luka
- Jangan membalut terlalu kencang dan terlalu longgar
- Jangan biarkan ujung sisa pembalut terurai
- khusus pada anggota gerak pembalutan dilakukan dari bawah keatas
(kearah jantung )
- lakukan pembalutan dalam posisi yang diinginkan

Langkah-langkah Penanganan Luka

Langkah-langkah Penanganan Luka terbuka :
1. Pastikan daerah luka terlihat
2. Bersihkan daerah sekitar luka
3. Cegah terjadinya infeksi
4. Lakukan penutupan luka dan pembalutan
5. Baringkan penderita
6. Tenangkan penderita
7. Rujuk ke fasilitas kesehatan

Langkah-langkah Penanganan Luka tertutup

Luka memar :
1. Beri kompres dingin pada memar
2. Tekan memar dengan menggunakan kompres dingin
3. Bila terjadi pada alat gerak, maka tinggikan lebih tinggi dari jantung

BAB V
Patah Tulang

Pengetian
Patah tulang adalah terputusnya jaringan tulang

Gejala dan tanda patah tulang :
- Perubahan bentuk
- Nyeri dan kaku
- Terdengar suara berderik pada daerah yang patah
- Terjadinya pembengkakan
- Adanya memar
- Ujung tulang terlihat
- Adanya gangguan peredaran perdarahan

Jenis Patah Tulang
1. Patah tulang terbuka
• Bagian tulang yang patah berhubungan dengan udara luar
2. Patah tulang tertutup
• Bagian tulang yang patah tidak berhubungan dengan udara luar


Pembidaian
Pemakaian suatu alat Bantu untuk menghindari pergerakan, melindungi dan menstabilkan bagian tubuh yang cedera.

Tujuan Pembidaian
1. Mencegah pergerakan atau pergeseran dari ujung tulang yang patah
2. Mengurangi cidera yang baru disekitar bagian tulang yang patah
3. Mengistirahatkan anggota badan yang patah
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Mengurangi perdarahan
6. Mempercepat penyembuhan

Pedoman umum pembidaian
1. Sampaikan rencana tindakan kepada penderita
2. Pastikan bagian yuang cedera dapat dilihat dan rawat perdarahan bila ada
3. Nilai gerakan sensasi-sirkulasi pada bagian daerah luka sebelum menggerakan
pembidaian
4. Siapkan alat seperlunya ( bidai dan, mitella )
5. Upayakan tidak mengubah posisi yang cidera
6. Jangan memasukan bagian tulang yang patah
7. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah
8. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar
9. Ikatan harus cukup jumlahnya dimulai dari sendi yang banyak bergerak
10. Selesai dilakukan pembidaian dilakukan pemeriksaan GSS kembali, bandingkan
dengan pemerikasaan GSS yang pertama

Langkah – langkah penanganan pada patah tulang :
1. Lakukan penilaian dini
2. Lakukan pemeriksaan Fisik
3. Stabilkan bagian yang patah secara manual
4. Upayakan yang diduga patah dapat dilihat
5. Atasi perdarahan dan rawat luka bila ada
6. Siapkan alat-alat seperlunya ( bidai dan mitella )
7. LAKUKAN PEMBIDAIAN……!!!
8. Kurangi rasa sakit
9. Baringkan penderita pada posisi yang sakit.

VI. LUKA BAKAR

Pengertian : Semua cedera yang terjadi akibat paparan suhu yang tinggi.

Penyebab Luka Bakar :
1. Panas ( Suhu Diatas 60ยบ ), contoh : Api, Uap panas, Benda panas
2. Listrik, contoh : Listrik Rumah tangga, Petir
3. Kimia, Contoh : Soda Api, Air aki (Zuur)
4. Radiasi, Contoh : Sinar Matahari (Ultra Violet), Bahan Radioaktif

Penggolongan Luka Bakar
Berdasarkan luas lapisan kulit yang mengalami cedera, luka bakar dikelompokkan menjadi :
1. Luka Bakar Derajat Satu (Permukaan) meliputi permukaan kulit yang paling atas (
kulit Ari / Epidermis )
2. Luka Bakar Derajat Dua. Sedikit lebih dalam
3. Luka Bakar Derajat Tiga. Lapisan yang terkena tidak terbatas bahkan sampai
kedalam tulang dan rongga dalam.

Penangangan Luka Bakar :
1. Alirkan air biasa ke daerah yang luka, bila ada bahan kimia alirkan air terus
menerus selama 20 menit atau lebih
2. Lepaskan pakaian dan perhiasan, jika pakaian melekat pada luka bakar gunting
sekitarnya jangan memaksa untuk melepasnya
3. Tutup luka bakar, gunakan penutup luka steril ( kassa Steril ), jangan memecahkan
gelembung.
4. Jangan gunakan mentega, odol, oli, kecap, kopi, air es.
5. Rujuk ke fasilitas kesehatan


VI PEMINDAHAN PENDERITA

Mekanika Tubuh

Mekanikan Tubuh menggunakan gerakan tubuh penolong yang baik dan benar untuk memudahkan pengangkatan dalam pemindahan penderita.

Tujuan :
- Menghindari terjadinya cedera pada penolong

Prinsip dasar pemindahan penderita :
1. Jangan dilakukan jika tidak perlu
2. Melakukan sesuai dengan cara yang benar
3. Kondisi Fisik Penolong harus baik dan terlatih

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemindahan penderita :
1. Nilai kesulitan yang mungkin terjadi pada saat pemindahan
2. Rencanakan gerakan sebelum mengangkat dan memindahkan penderita
3. Jangan memindahkan dan mengangkat penderita jika tidak mampu
4. Gunakan otot tungkai, panggul serta otot perut. Hindari mengangkat dengan otot
punggung dan membungkuk.
5. Jaga keseimbangan
6. Rapatkan tubuh penderita dengan tubuh penolong saat memindahkan dan mengangkat
korban.
7. Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap

Pemindahan Penderita

Berdasarkan keselamatan penolong dan penderita, pemindahan penderita digolongakan menjadi 2 bagian :
1. Pemindahan Darurat
Pemindahan darurat dilakukan bila ada bahaya yang mengancam bagi penderita dan
penolong. Contoh :
- Ancaman Kebakaran
- Ancaman Ledakan
- Ancaman Bangunan runtuh
- Ancaman mobil terguling bensin tumpah
- Adanya bahan-bahan berbahaya
- Orang sekitar yang berprilaku aneh
- Kondisi cuaca yang buruk

Contoh Cara pemindahan Darurat :
- Tarikan lengan
- Tarikan Bahu
- Tarikan Baju
- Tarikan selimut

2. Pemindahan Biasa
Pemindahan biasa dilakukan jika keadaan tidak membahayakan penderita maupun penolong.

Tehnik angkat langsung dengan tiga penolong :
1. ke tiga penolong berlutut pada salah satu sisi penderita , jika memungkinkan
beradalah pada sisi yang paling sedikit cedera
2. penolong pertama menyisipkan satu lengan dibawah leher dan bahu, lengan yang
satu disisipkan dibawah punggung penderita
3. penolong kedua menyisipkan tangan dibawah punggung dan bokong penderita
4. penolong ketiga menyisipkan lengan dibawah bokong dan dibawah lutut penderita
5. penderita siap diangkat dengan satu perintah
6. angkat penderita keatas lutut ketiga penolong secara bersamaan
7. sisipkan tandu yang akan digunakan dan atur letaknya oleh penolong yang lain
8. letakkan kembali penderta diatas tandu dengan satu perintah yang tepat
9. jika akan berjalan tampa memakai tandu, dari langkah no 6 teruskan dengan
memiringkan penderita ke dada penolong
10. berdiri secara bersamaan dengan satu perintah
11. berjalanlah kearah yang dikehendaki dengan langkah bertahap

Tehnik mengangkat tandu
Penolong dalam keadaan berjongkok dan akan mengangkat tandu
1. tempatkan kaki pada jarak yang tepat
2. punggung harus tetap lurus
3. kencangkan otot punggung dan otot perut. Kepala tetap menghadap kedepan dalam
posisi netral
4. genggamlah pegangan tandu dengan baik
5. pada saat mengangkat punggung harus tetap terkunci sebagai poros dan kekuatan
konstraksi otot seluruhnya pada otot tungkai
6. saat menurunkan tandu lakukan langkah diatas pada urutan selanjutnya.

VIII KEDARURATAN MEDIS

Gejala dan Tanda

Gejala dan tanda pada kedaruratan medis sangat beragam, khas mau pun tidak khas antara lain :

Gejala :
1. Demam
2. Nyeri
3. Mual, muntah
4. Buang air kecil berlebihan atau tidak sama sekali
5. Pusing, perasaan mau pingsan, merasa akan kiamat
6. Sesak atau merasa sukar bernapas
7. Rasa haus atau rasa lapar berlebihan, rasa aneh pada mulut

Tanda :
1. Perubahan status mental ( tidak sadar dan bingung )
2. nada cepat atau sangat lambat, tidak teratur, lemah atau sangat kuat
3. pernapasan tidak teratur
4. perubahan keadaan kulit : suhu , kelembaban , keringat berlebihan, sangat kering
termasuk perubahan warna pada selaput lendir ( pucat,kebiruan dan terlalu merah)
5. perubahan tekanan darah
6. pupil mata sangat lebar atau sangat kecil
7. bau khas dari mulut atau hidung
8. terjadinya kejang atau kelumpuhan
9. mual, muntah, diare

Pingsan

Terjadi akibat :
- Peredaran darah ke otak berkurang
- Reaksi terhadap rasa nyeri
- Kelelahan
- Kekurangan makanan
- Emosi yang hebat
- Berada dalam ruangan yang penuh orang tanpa udara segar yang cukup.

Gejala dan tanda pingsan
o Perasaan limbung.
o Pandangan berkunang-kunang dan telinga berdenging.
o Lemas, keluar keringat dingin.
o Menguap.
o Dapat menjadi tidak sadar, yang biasanya berlangsung hanya beberapa menit.
o Denyut nadi lambat.

Penanganan pingsan
1. Baringkan penderita dengan tungkai ditinggikan.
2. Longgarkan pakaian.
3. Usahakan penderita menghirup udara segar.
4. Periksa cedera lainnya.
5. Beri selimut, agar badannya hangat.
6. Bila pulih, usahakan istirahatkan beberapa menit.
7. Bila tidak cepat pulih, maka:
– Periksa napas dan nadi.
– Posisikan stabil.
– Rujuk ke Fasilitas kesehatan

Posted by Palang Merah Remaja SMPN 2 Tangerang Selatan | di 16.34 | 0 komentar

GANGGUAN JANTUNG

Dewasa ini penyakit jantung di kota-kota besar sudah mulai mengalami peningkatan dan bahkan masuk dalam peringkat teratas penyakit yang menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan perubahan pola hidup khususnya yang paling banyak terjadi di kota besar.
Nyeri dada merupakan keluhan medis yang sering dijumpai. Keadaan ini dapat terjadi akibat gangguan sirkulasi darah jantung yang berakibat terjadinya kerusakan sebagian jantung atau dikenal sebagai serangan jantung. Jantung memperoleh darah dari sistem sirkulasi yang dikenal sebagai peredaran darah koroner. Pembuluh darah ini sering mengalami gangguan akibat proses perlemakan yang dalam dunia medis dikenal sebagai arteriosklerosis, yaitu penampang pembuluh darah menyempit. Keadaan ini menyebabkan pasokan darah menuju jantung berkurang. Bila keadaan ini menjadi parah maka akan terjadi nyeri pada otot jantung yang tidak mendapat oksigen dalam jumlah yang cukup, akhirnya otot jantung akan mati.
Beberapa keadaan lain yang dapat menyebabkan nyeri dada adalah gangguan pencernaan, stress dan ketegangan. Penolong harus menganggap semua nyeri dada adalah kasus serangan jantung.
Penyakit jantung banyak ditemukan di perkotaan terutama karena terjadinya perubahan gaya hidup.
Berikut ada beberapa faktor risiko penyakit jantung adalah :

1. Tidak dapat diubah :

* Riwayat penyakit dalam keluarga.
* Jenis kelamin, ada kecenderungan pria lebih tinggi dari wanita.
* Latar belakang etnis.
* Usia, insiden meningkat pada usia lebih dari 30 tahun.

2. Dapat diubah :

* Merokok.
* Tekanan darah tinggi.
* Kadar kolesterol tinggi.
* Aktivitas fisik, umumnya gaya hidup sekarang di perkotaan dapat dikatagorikan “malas”.

3. Faktor penyulit :

* Obesitas ( kegemukan ).
* Penyakit gula ( diabetes )
* Stres berlebihan.

Beberapa gangguan jantung yang dapat ditemui selain serangan jantung adalah angina ( pektoris ) dan gagal jantung. Gejalanya hampir sama dan semuanya dapat berakhir pada terhentinya fungsi jantung.

Gejala dan tanda :

1. Perasaan tidak enak, nyeri atau rasa berat di dada. Nyeri sering menyebar ke lengan kiri, leher, rahang dan punggung.
2. Nyeri berkembang beberapa menit dengan permulaan yang tiba-tiba.
3. Penderita akan memegang dadanya dan sedikit membungkuk.
4. Sering penderita tidak ada respon, henti nafas dan denyut nadi tidak teraba. Gejala 1 4 khas pada serangan jantung namun dapat dialami pada keluhan jantung lainnya.
5. Gangguan pernafasan, pada gagal jantung biasanya berupa sesak nafas yang terjadi setelah melakukan aktifitas fisik.
6. Nadi tidak normal ( cepat, lemah atau tidak teratur ).
7. Palpitasi ( jantung terasa berdenyut­denyut ).
8. Mungkin terlihat pelebaran pembuluh balik di daerah leher dan tubuh bagian atas.
9. Bengkak-bengkak sering tampak pada daerah pergelangan kaki, perut membengkak.
10. Mual, muntah, rasa tidak enak di lambung
11. Kepala terasa ringan.
12. Rasa lemas yang muncul mendadak.
13. Kulit termasuk selaput lendir pucat, abu­abu atau kebiruan.
14. Keringat berlebihan.
15. Merasa kiamat.

Penanganan :

1. Tenangkan penderita dan jangan panik.
2. Jangan tinggalkan penderita sendiri.
3. Suruhlah penderita untuk menghentikan semua kegiatannya dan berbaring pada posisi yang dirasakan paling nyaman ( penderita gagal jantung biasanya memilih posisi setengah duduk).
4. Pastikan jalan nafas penderita terbuka dengan baik. Berikan oksigen bila ada.
5. Kendorkan semua pakaian yang mengikat pada tubuh penderita.
6. Jangan beri makan atau minum.
7. Bila penderita tidak respon maka segera lakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar sesuai dengan Bab. 4.
8. Bawa penderita segera ke RS / dokter / Puskesmas terdekat.

Posted by Palang Merah Remaja SMPN 2 Tangerang Selatan | di 16.26 | 0 komentar

GANGGUAN PERNAFASAN

Salah satu keluhan yang berhubungan dengan pernafasan yang sering ditemui adalah sesak nafas. Gejala ini terjadi pada hampir semua penyakit atau gangguan saluran nafas dan paru-paru, mulai dari batuk pilek biasa sampai penyakit paru-paru akut yang dapat berakibat fatal. Sebagai penolong pertama tidak mungkin untuk mengenali penyebab sesak nafas dengan tepat, mengingat hal inipun cukup sulit bagi seorang dokter di rumah sakit. Banyak faktor yang dapat menjadi penyulit pada keadaan sesak nafas termasuk keadaan yang mengancam nyawa seperti gagal jantung. Seperti pada semua kasus kedaruratan medis kemampuan penolong untuk melakukan wawancara dan pemeriksaan akan banyak membantu penderita. Gangguan pernafasan menyebabkan terganggunya proses masuknya oksigen dalam tubuh. Kasus medis yang terjadi pada saluran nafas memiliki gejala dan tanda umum yang sama. Irama pernafasan menjadi cepat disertai upaya bernafas, nafas terasa pendek dan udara terasa kurang. Kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan timbulnya warna kebiruan pada kulit dan selaput lendir ( sianosis ).

Beberapa contoh gangguan pernafasan :

* Infeksi saluran nafas atas dan bawah.
* Edema paru akut.
* Penyakit paru obstruktif menahun.
* Pneumotoraks spontan ( udara dalam paru-paru karena kebocoran paru­paru ).
* Asma atau alergi.
* Sumbatan jalan nafas.
* Emboli paru.
* Hiperventilasi.

Penyakit tersebut di atas sangat sulit dikenali dan merupakan diagnosa medis. Contoh di atas hanya untuk membantu penolong dalam melakukan wawancara untuk mencari riwayat penyakitnya.

Gejala dan tanda :

* Sukar untuk menyelesaikan suatu kalimat tanpa berhenti untuk menarik nafas.
* Suara nafas tambahan.
* Tampak kerja otot bantu nafas.
* Posisi tripod ( segi tiga kokoh ), tubuh condong ke depan, tegak, ke dua tangan bertumpu pada lutut.
* Irama dan kualitas pernafasan tidak normal.
* Perubahan warna kulit ( pucat, kemerahan atau sianosis ).
* Perubahan status mental ( mengacau, gelisah ) dan lain-lain.
* Pada asma biasanya khas yaitu adanya bunyi mengi pada saat penderita mengeluarkan nafas dan batuk yang riaknya terkesan sukar keluar.
* Nadi cepat.
* Di Indonesia masih banyak ditemukan kasus tuberkulosa, penderita ini biasanya batuk darah.
* Bila disertai demam maka penyebabnya biasanya adalah radang paru-paru.

Penatalaksanaan :

1. Nilai pernafasan penderita apakan sudah adekuat, berikan bantuan nafas bila perlu.
2. Jaga agar jalan nafas selalu terbuka.
3. Letakan penderita pada posisi yang paling nyaman biasanya duduk tegak.
4. Bila ada berikan oksigen sesuai ketentuan.
5. Tenangkan penderita. Akibat kurangnya udara penderita merasa sangat tidak nyaman dan ketakutan, jangan menganggap kasar perlakuannya.
6. Bawa penderita segera ke RS / dokter / Puskesmas terdekat.

Posted by Palang Merah Remaja SMPN 2 Tangerang Selatan | di 16.25 | 0 komentar

Pelatikan PMR CRC ANGKATAN VI Tahun 2009 - 2010











Posted by Palang Merah Remaja SMPN 2 Tangerang Selatan | di 09.36 | 0 komentar